Monday, November 30, 2009

A Powerful Leader is Born from Hard Situation

Pemimpin adalah seseorang yang bisa mengubah kelemahan menjadi kekuatan”, begitulah kata EC McKenzie. Melalui LDKS, tim OSIS LD berusaha membentuk karakter pemimpin dalam diri siswa-siswi kelas X. Pemimpin yang mampu mengolah kelemahan-kelemahan dalam kelompoknya menjadi kekuatan.

Pada hari Selasa, 6 Oktober 2009, setelah serangkaian acara pelepasan serta pengarahan, seluruh panitia yang berjumlah 25 orang, asatidzah pendamping sebanyak kurang lebih 10 orang dan peserta dari kelas X sebesar 120–an orang, berangkat dari SMA Al-Hikmah sekitar pukul 08.10 menggunakan 8 unit truk AL. Tempat yang kami tuju sangaaaat indah! Bahkan, rasanya seperti tempat piknik yang nyaman, namanya Villa Narwastu, di Kota Pacet Kecamatan Claket. Butuh 3 kali observasi (2 observasi dilakukan secara mandiri oleh panitia, sedangkan satu observasi dilakukan bersama Usth.Hayat, Usth. Novita dan Ust. Isbudi selaku pembimbing LDKS ’09-’10 dan 3 orang perwakilan panitia) untuk menentukan rute dan meninjau keamanan lokasi. Persiapan LDKS sendiri dilakukan selama satu bulan setengah sebelum hari H!

Alhamdulillah, perjalanan berlangsung lancar dan lebih cepat dari yang diduga (pukul 10 kurang sudah sampai di lokasi). Segera, panitia dan peserta berkemas untuk menurunkan barang bawaan dan menyisir ground (area kemah). Setelah barang-barang diturunkan, seluruh peserta dikumpulkan untuk unjuk yel-yel di lapangan dekat tenda panitia putra dan ustadz yang memang dijadikan tempat berkumpul. Jujur saja, penampilan yel-yel dari semua kelompok tidak punya greget, tidak kompak dan tidak berani tampil all-out.

Panitia melakukan kritisi, terutama pada anggota yang cuma diam saja atau umik-umik mulutnya. Bahkan, ada yang satu kelompok tidak hafal yel-yelnya sendiri! Maka, mereka harus menghafal dalam waktu 10 menit saja di tempat tersendiri. Ini perlu, karena LDKS bertujuan membentuk karakter PD dan solid dalam sebuah kelompok.

Pukul 11.30, semua bersiap untuk shalat jamak dzuhur-asar.Tetapi, perilaku lama yang harus dibuang masih kelihatan disini. Beberapa jamaah putra tidak duduk di saf, tapi malah menggerombol seperti cangkru’an.

Ust. Fais dan PJ shalat segera betindak tegas melihat hal tersebut. Setelah shalat dan makan, dimulailah Outbond untuk hari pertama, namanya, “Capture the Flag” atau “Benteng Takeshi”. Setiap kelompok harus menemukan benderanya di pos yang telah ditentukan dalam waktu secepat mungkin. Namun, untuk mendapatnya tidaklah mudah. Di semua pos, selalu ada permainan dan haling rintang yang harus dilewati. Ada yang merangkak, jalan jongkok, disiram air, menembus ‘jaring laba-laba’ dsb. Intinya, semua peserta pulang dalam keadaan luar biasa kotor! Tapi permainan tidak berhenti begitu saja. Di kamp, mereka diberi waktu istirahat sekitar 20 menit. Lalu, mereka harus bersiap untuk permainan “Tepung Beterbangan” (memindah tepung menggunakan tangan ke anggota kelompok lain tanpa melihat), Sambung Nyawa (tiap anggota regu harus berpindah dari satu kotak ke kotak lain dengan bambu) dan Thingking game (memecahkan soal-soal analisis yang sulit).

Menjelang maghrib, semua berkumpul di aula untuk sholat jamak serta bertadarus bersama. Beberapa panitia beristirahat untuk bersiap pada acara malam hari. Selesai makan malam (pukul 19.00), seluruh peserta dikumpulkan kembali dalam aula untuk mendengar taushiyah dari Ust. Isbudi agar tidak takut dalam menghadapi makhluk halus.

Jam 20.30 malam, seluruh peserta wajib tidur di tenda masing-masing. Panitia dan guru pun demikian. Pukul 22.00, panitia bangun untuk mempersiapkan acara “Scream In the Dark” (SID) atau gampangnya, jurit malam. Ada perubahan rute memang, tapi show must go on. Jalan yang dilalui menjadi tidak begitu seram karena pada malam itu tepat bulan purnama. sehingga tidak gelap. Pukul 23.15, peserta mulai diberangkatkan. Banyak yang menjerit histeris karena kaget atau takut di beberapa pos. Menjelang subuh, acara berakhir. Walau masih menyisakan sekitar 20-30 orang yang tidak sempat mencicipi rute jurit malam.

Ba’da tadarus subuh, peserta putra berolahraga dan melakukan jogging di bawah arahan Harya Pamungkas selaku PJ olahraga putra. Sementara yang putri berolahraga di sekitar kamp. Kondisi fisik yang mumpuni diperlukan untuk menghadapi Jelajah Alam yang akan berlangsung lama pada hari ke-2. Pukul 09.50, regu pertama diberangkatkan. Demikian seterusnya. Rutenya MANTAAAAPH!!!!!Ekstrim!!!

Di masing-masing pos, peserta harus siap dilempar plastik berisi air dan tepung kanji bila melakukan kesalahan.

Games yang dirancang sie acara benar-benar seru. Ada yang harus membebaskan temannya yang dirantai, sedangkan kunci-kuncinya berada di wadah penuh jangkrik. Ada juga jaring laba-laba. Tapi, yang paling membuat nyali sebagian peserta menjadi ciut adalah eXtreme Kuliner! Di pos terakhir, tiap anggota kelompok tanpa kecuali harus minum telur mentah dan mi tanpa bumbu dengan sobekan daun telo mentah. It’s quite good.

Sekitar pukul 15.00, kegiatan outbond berakhir, seluruh peserta diperkenankan istirahat, shalat dan menghela napas sejenak. Pukul 16.30, selagi sebagian besar panitia beristirahat, Ust. Fais dan Ust.Isbudi memberikan materi motivasi di aula hingga maghrib menjelang.

Ba’da maghrib, peserta diperkenankan untuk mempersiapkan tampilan pada acara malam keakraban hingga pukul 19.30. Ketika tiba waktunya, dimulailah prosesi menyalakan api unggun. Ketua Panitia LDKS maju untuk menyalakannya dengan sebatang obor. Setelah itu, Rendy, Bagus dan Herman membentuk formasi berputar mengitari api unggun dan…”BLAR!” api unggun makin berkobar setelah ketiganya melemparkan plastik berisi minyak tanah. And let the show, begin….

Tapi, kami cukup kecewa. Dari tampilan-tampilan tiap kelompok, semuanya nyaris sama saja, menyanyi. Antusiasme dan apresiasi peserta lain yang menjadi penonton minim. Tidak meriah. Kalaupun ada satu kelompok yang menampilkan drama, dramanya kurang memancing tawa. Panitia padahal berharap bahwa peserta akan menampilkan diri mereka secara all-out dan konfiden. Acara ini juga sempat mengalami sedikit gangguan.

Pukul 23.00, semua panitia, guru dan peserta wajib tidur dan bangun lagi pada pukul 03.00 untuk melaksanakan shalat tahajud. Selepas tadarus subuh, peserta dan panitia melakukan lomba tarik tambang. Diselingi gelak tawa, acara ini menjadi pelepasan untuk bersantai. Setelahnya adalah pembongkaran tenda, apresiasi dan bersiap untuk kembali ke Surabaya. Kami tiba sekitar pukul 10.50 di SMA Al-Hikmah.

LDKS ini adalah ajang penggemblengan dan kaderisasi bagi peserta untuk menjadi calon pemimpin yang powerful, berpengaruh. Pemimpin yang mampu menginspirasi, berprestasi dan solid dengan kawan-kawannya. Pemimpin yang bisa mengajak teman-teman dan dirinya menjadi lebih baik. Semoga.


Written by : Sie LD
Posted by : Sie TIK